Hacchhiiimmm :D

Cinta itu bukan menyayangi org yg sempurna..
tapi cinta itu adalah menyayangi org yang tak sempurna dgn cara yang sempurna..
I'm alone,
Need you beside me.. Need you more wise than me.
Need you to care about me..
Need you really love me.. and hope you never leave me :*

Sabtu, 07 Januari 2012

Laput



“Sukses”
Tidak Dikebut Semalam
S
ejak awal diberlakukannya sistem UN (Ujian Nasional) masih tetap menimbulkan kontroversi sampai sekarang. Di satu sisi ada pihak yang mendukung pelaksanaan UN, namun di sisi lain tak sedikit yang menolak pelaksanaan UN. Tetapi walaupun demikian, pemerintah telah menetapkan bahwa UN-lah yang menjadi standar penentu kelulusan.  
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 disebutkan bahwa tujuan UAN adalah untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas. Selain itu UAN bertujuan untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, sampai tingkat sekolah.(sumber : google )
Salah seorang guru SMAN 8 Denpasar, I Wayan Tisnawan, S.Pd berpendapat bahwa UN memang perlu untuk dilakukan dan UN merupakan harga mati yang tidak dapat di tawar- tawar lagi.
Apalagi telah diberlakukannya sistem 5 paket saat ujian nasional tahun lalu. Tentu dengan diberlakukannya program di atas akan sangat memperkecil terjadinya kecurangan- kecurangan saat UN. Dan para siswa akan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional yang sudah di depan mata.Dalam pelaksanaan ujian nasional 5 peket ini juga menimbulkan pendapat yang berbeda dari siswa. Beberapa siswa menganggap ujian nasional 5 paket ini merupakan tantangan bagi mereka untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal karena kerja keras mereka belajar selama ini. tetapi beberapa siswa juga berpendapat ujian nasional 5 paket ini akan sangat membatasi kesempatan mereka untuk bekerja sama.
Oleh karena ketatnya system ujian nasional tahun ini, SMAN 8 Denpasar telah melakukan berbagai upaya diantaranya:
1.      Memberikan pembinaan tambahan kepada para siswa setiap hari senin sampai rabu saat jam pulang sekolah.
2.      “Klinis” maksudnya para siswa yang kurang mampu dalam masing – masing bidang study dibentuk menjadi sebuah kelompok dan kemudian diberikan pembinaan oleh beberapa orang guru.
3.      Memperbanyak latihan soal – soal yang diperkirakan akan keluar saat ujian nasional.
Selain cara- cara tersebut kepala SMAN 8 Denpasar IB. Ngurah juga mengingatkan kepada siswa bahwa “Mencapai kesuksesan tak semudah membalikkan telapak tangan. Tak dapat di peroleh hanya dengan sistem kebut semalam.”
“Jadi kepada seluruh siswa SMAN 8 Denpasar agar mempersiapkan diri mulai sekarang. Seperti pepatah mengatakan berakit – rakit kehulu berenang – renang ketepian, bersakit – sakit dahulu bersenang – senang kemudian,” Ujar IB. Ngurah. (Novi,Denny Smapan)

Opini



Benarkah Hanya UN yang Dapat Dijadikan
Patokan Keberhasilan Siswa??

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki  kecerdasan, akhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian evaluasi pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Ujian  nasional (UN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan Pemerintah yang menurut pendapat saya, merupakan hal yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan seorang siswa berhasil atau tidak dalam melewati jenjang pendidikan sesuai tingkatannya.Tetapi benarkah hanya dengan  melaksanakan Ujian Nasional saja dapat mengetahui keberhasilan seorang siswa? Sementara pelajaran yang biasa di UN-kan hanya beberapa saja,seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Apakah hanya pelajaran itu yang penting bagi kehidupan kita sebagai anggota masyarakat? Lalu bagaimana dengan pelajaran budi pekerti, yang kita sebagai masyarakat di tuntut untuk memiliki budi pekerti luhur dan ahklak mulia?
Menurut saya hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak siswa gagal dalam menempuh Ujian Nasional. Mungkin saja mereka tidak menggemari salah satu atau beberapa pelajaran yang di UN-kan tersebut. Sehingga nilai mereka jatuh pada mata pelajaran itu yang berakibat sangat fatal. Sementara di sisi lain mereka memiliki kemampuan lebih di lain bidang, seperti menulis novel, menggambar atau melukis dan lain sebagainya yang mungkin bisa mengukir banyak prestasi yang gemilang dan mendukung cita- cita mereka kedepan.
Siswa yang dapat lulus dalam Ujian Nasional belum tentu merupakan siswa yang cerdas. Bisa karena kebetulan mereka sempat membaca soal tersebut dan akhirnya bisa menjawab soal- soal UN. Dengan kata lain, UN menentukan standar mutu pendidikan tanpa melihat latar belakang, kemampuan, kondisi, serta proses belajar yang terjadi pada siswa. Untuk menghadapi UN memang tidak boleh main – main. Di sini orangtua atau guru harus bisa mengkondisikan mental anak dengan baik., dengan jalan mendampingi mereka. Karena mempersiapkan mental yang baik dalam menghadapi ujian itu penting. Orang tua tidak seharusnya  menuntut anak secara berlebihan dengan tujuan agar mereka menjadi juara. Harus mendapat NEM  atau ranking tinggi bahkan harus menjadi yang terbaik. Untuk mendapat materi tambahan saja siswa sudah merasa lelah lahir batin, apalagi ditambah dengan tuntutan-tuntutan orang tua yang terlalu over. Seolah-olah NEM tinggi adalah segala-galanya. Belum lagi siswa dipaksa untuk mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, les private dan lain – lain. Cukup sudah orang tua memaksa anaknya untuk bertindak lebih. Jika anak stress orang tua juga akan dirugikan. Malah akan berdampak lebih buruk. jangankan untuk lulus, mungkin untuk mengikuti UN saja tidak bisa karena mental yang jatuh.
Lalu apakah UN akan tetap dipertahankan oleh pemerintah? Entahlah. Kita sebagai siswa hanya bisa mengikuti peraturan yang ada. Dengan harapan UN tidak menjadi penentu kelulusan 100%. Implementasinya dapat dilakukan melalui pembobotan. Dengan pelulusan ditentukan oleh nilai UN dan nilai raport sekolah. (Novi,Smapan)